Mimpi Kaltim Air


Sikamseupay Blog akan berbagi tentang


Mimpi Kaltim Air


.



Tribun Kaltim – Selasa, 8 Januari 2013 13:50 WITA







NIAT Gubernur Kalimantan Timur H. Awang Faroek Ishak untuk menorehkan sejarah baru di dunia kedirgantaraan, bak asap tertiup angin. Gubernur Kaltim itu sudah memilih tanggal terbaik untuk menandai penerbangan perdana Kaltim Air, bertepatan dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 2011 silam.

Awang  punya mimpi besar bahwa Kaltim Air akan menjadi jembatan udara di wilayah Kalimantan Timur. Selanjutnya, akan diorbitkan sebagai maskapai penerbangan yang mampu menjadi jembatan udara untuk seluruh wilayah Kalimantan.  


Saat diresmikan Kaltim Air mengoperasikan  satu pesawat berjenis Jet BAE 146-72 4 kapasitas 72 penumpang melayani rute Jakarta – Berau – Tarakan (PP), terbang tiga hari dalam seminggu. Dua unit pesawat lainnya berjenis Grand Carravan berkapasitas 12 penumpang.  Sayangnya, setelah diresmikan hingga sekarang Kaltim Air tidak pernah mengudara lagi! Mengapa? Menurut Awang karena investor swasta tidak tertarik.


Dengan kasus itu, maka sudah dua kali Pemprov Kaltim mempunyai catatan buruk tentang dunia penerbangan. Sebelumnya , pemprov pernah membeli lima unit pesawat Airvan GA8 dibeli Pemprov Kaltim (masa Gubernur Kaltim Suwarna AF) senilai Rp 26,5 miliar dari PT Airvan Dirgantara Indonesia (ADI) pada 2003 silam. Satu unit pesawat dihargai Rp 5,3 miliar.


Sama seperti Awang, Gubernur Kaltim kala itu Suwarna AF menyatakan tujuan pembelian lima pesawat tersebut cukup mulia, yaitu ingin membantu mobilitas masyarakat di daerah perbatasan Kaltim-Sabah, dan tentunya membuka daerah-daerah yang tersisolasi.


Kenyataan, tak semulus yang dibayangkan! Mengoperasikan pesawat terbang tak semudah kendaraan di darat. Harus melengkapi begitu banyak perizinan. Kaltim memang punya uang dan mampu membeli, tetapi tidak memliki sumber daya manusia yang mampu mengoperasikan pesawat-pesawat itu Belum lagi, saat pembelian sudah bermasalah, sehingga direkturnya harus diadili lantaran ada kasus mesin pesawat di Airvan itu bekas.


Kondisi  pesawat yang dibeli dari uang rakyat sungguh mengenaskan. Pelan tetapi pasti bakal menjadi besi tua. Anggaran Rp 26,5 miliar menguap begitu saja. Saat ini dari dua pesawat itu, satu pesawat di antaranya dalam perbaikan di Merpati Maintenance Facility (MMF) Surabaya gara-gara kerusakan mesin akibat tergelincir di Bandara Long Layu, Nunukan, Desember 2006 lalu. Satu pesawat lagi yang tak bisa terbang, Airvan PK-VMS Kersik Luway, diparkir di luar hanggar Bandara Temindung Samarinda yang tak terawat.


Kini setelah satu setengah tahun vakum, Gubernur Kaltim masih ingin merealisaikan mimpi pertama yang sudah kandas itu. Bagaimana cara membangkitkan mimpi lama itu, Awang saat ini sedang bekerja keras meminta dukungan dari DPRD. Intinya, Dewan diminta untuk meloloskan sejumlah dana untuk membeli pesawat sendiri.


Tidak mudah! Dalam proses pembentukan Kaltim Air Jilid I, Dewan tegas mengatakan silakan membangun maskapai penerbangan, tetapi jangan  menyentuh APBD. Tidak ada kucuran dana APBD sama sekali.


Masyarakat tentu mendukung Kaltim mempunyai sebuah maskapai penerbangan yang mampu meng- cover pelayanan penerbangan perintis di seluruh wilayah ini. Tetapi kita semua harus berpikir berkali-kali setelah terjadi dua kali pengalaman buruk itu, apakah akan terjadi yang ketiga kalinya.


Kerugian Rp 26,5 miliar tak jelas penanganannya, kemudian Kaltim Air Jilid I masih lumayan tidak menyentuh APBD. Kini Awang minta dukungan agar APBD mengeluarkan dana untuk membeli pesawat sekelas milik Kalstar Aviation, yaitu ATR42-300 malahan sudah mengoperasikan Boeing 737.


Dengan APBD Rp 13 triliun (2013), tahun depan bisa naik lagi sekitar Rp 15 triliun, berikutnya naik menjadi Rp 17 triliun. Tampaknya Kaltim cukup uang untuk membeli perangkat itu. Persoalannya adalah kembali kepada ‘manusianya’.


Adakah orang-orang cerdik pandai yang mampu mengelola perusahaan itu? Katakanlah sudah ditemukan ‘orang’ itu, tetapi apakah ada trust untuk mengelola uang rakyat itu? Jawabnya: Belum…belum saat ini memang belum ada kelengkapan pendukung ke arah itu. Ya, itulah nasib Kalimantan Timur. Jangan ditangisi, tetapi diatur secara baik dan benar. (*)




Mimpi Kaltim Air


Terima kasih telah membaca artikel dengan judul Mimpi Kaltim Air , artikel tersebut merupakan referensi dari
Tribun Kaltim


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+