Olahraga Sampai Berkeringat, Risiko Stroke Turun 20 Persen

Sikamseupay Healty - Gerah dan berkeringat. Itulah 'efek samping' yang dirasakan ketika seseorang nekat berolahraga di siang hari atau di musim panas. Tapi sebuah studi mengungkapkan bahwa berolahraga hingga berkeringat dapat menurunkan risiko stroke sebesar 20 persen.

Setelah mengamati lebih dari 27.000 partisipan dari Amerika berusia 45 tahun ke atas rata-rata selama 5,7 tahun, peneliti menemukan, orang-orang yang tak aktif berolahraga berpeluang 20 persen lebih besar untuk mengalami satu serangan stroke atau stroke mini dibandingkan orang-orang yang melakukan olahraga dengan intensitas sedang atau berat sampai berkeringat sebanyak empat kali seminggu.

Namun tampaknya kondisi ini hanya terlihat signifikan pada pria. Pasalnya diantara partisipan pria, hanya mereka yang berolahraga dengan intensitas empat kali seminggu atau lebihlah yang memiliki risiko stroke lebih rendah. Sedangkan untuk para partisipan wanita, kaitan antara risiko stroke dengan frekuensi aktivitas fisiknya tak begitu jelas.

"Manfaat aktivitas fisik yang dapat menurunkan risiko stroke ini tampaknya berkaitan dengan dampak aktivitas tersebut terhadap faktor risiko stroke yang sebenarnya," terang peneliti Dr. Michelle McDonnell, pengajar Health Sciences di University of South Australia seperti dilansir Daily Mail, Jumat (19/7/2013).

"Sebab olahraga dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi berat badan sekaligus mencegah diabetes. Bahkan ibarat kata olahraga itu adalah sebuah pil, maka Anda hanya perlu mengonsumsi satu pil saja untuk mengobati 4-5 gangguan kesehatan yang berbeda," tambahnya.

Temuan ini senada dengan hasil studi sebelumnya yang menemukan bahwa ketidakaktivan fisik merupakan faktor risiko kedua dari stroke setelah tekanan darah tinggi.

Namun peneliti memperingatkan jika kesimpulan yang mereka buat hanya berdasarkan data laporan mandiri dari partisipan tentang frekuensi olahraga mereka, bukan seberapa lama partisipan melakukan aktivitas fisik dalam sehari. Walaupun para partisipan sendiri sudah dibagi dengan jumlah yang relatif sama baik yang berkulit hitam maupun berkulit putih dan pria maupun wanita, dengan sebagian besar partisipan berasal dari kawasan 'Stroke Belt' di Amerika bagian tenggara.

"Kami dapat mengatakan seberapa besar penambahan risiko stroke Anda untuk setiap konsumsi rokok yang Anda kurangi atau setiap poin penurunan tekanan darah yang Anda alami, tapi kami masih membutuhkan lebih banyak studi untuk memastikan jumlah risiko stroke seseorang dari olahraga saja," tutup McDonnell

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Stroke.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+