Nanang Rijono: Ujian Nasional yang Diubah Bukan Kurikulumnya


SIKAMSEUPAY BLOG -



Tribun Kaltim – Minggu, 16 Desember 2012 23:04 WITA




SAMARINDA, tribunkaltim.co.id – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar Uji Publik Pengembangan Kurikulum untuk tahun ajaran 2013 di Samarinda. Kurikulum yang disosialisasikan kepada sejumlah praktisi pendidikan dan stakeholder pendidikan, organisasi profesi pendidikan, dewan pendidikan, PGRI, serta kepala sekolah dan guru, dilaksanakan di hotel Grand Sawit, Samarinda belum lama ini.

Kegiatan ini akan berlangsung selama 4 hari dan diisi dengan berbagai kegiatan seperti Lokakarya Uji Publik atas perangkat dokumen (Strategi dan Hasil) Pengembangan Kurikulum 2013 dalam bentuk diskusi fokus dan kelompok.
 


Menurut Nanang Rijono, pengamat pendidikan dari Unmul Samarinda, perubahan kurikulum adalah proses yang alami di dunia pendidikan. Ada revisi setiap 5 atau 10 tahun adalah hal yang lumrah. Namun, hingga kini ia belum melihat alasan substansial kenapa kurikulum tahun 2006 harus diubah.


“Cuma sekarang yang menjadi pertanyaan yang direvisi itu apanya. Apa esensinya, ada sesuatu yang mendasar atau hanya sekedar masalah teknis. Apakah  karena setelah dievaluasi ada kelemahan kompetensi murid tidak maksimal, guru mengajar belum maksimal,” katanya.


Sementara itu, tentang peleburan mata pelajaran IPA ke dalam Bahasa Indonesia dan IPS ke dalam Pancasila dan PKN, menurutnya itu masih akan jadi salah satu pembahasan dalam uji publik ini.


Menurutnya, dengan perubahan kurikulum ini akan timbul kerumitan baru dan ujungnya adalah guru. Dimana guru harus disiapkan lebih baik. Seperti diketahui, akan ada msalah seperti salah satunya seperti di Samarinda salah masih banyak sekolah yang belajar 2 shift, maka bila jam belajar ditambah maka hal itu tidak akan memungkinkan. Padahal dalam kurikulum baru jam belajar siswa akan ditambah.


“Lebih baik gurunya dioptimalkan mendalami kurikulum yang sudah ada sambil melengkapi ini itu daripada sekedar merubah aspek – aspek yang kelihatannya tidak terlalu substansial. Saya melihat kurikulum yang dirubah ini cenderung ke aspek – aspek teknis, hanya sekedar mengatakan yang lalu itu kurang bagus dan yang sekarang bagus. Dulu kurikulum 2006 dipuji – puji sekarang dijelek-jelekkan,” katanya.


Alasan yang mengatakan bahwa kurikulum 2006 lalu cenderung ke arah kognitif, menurutnya itu disebabkan ujian nasional. Dimana semua elemen pendidikan baik guru, murid dan sekolah semua mengejar ke ujian nasional.


“Ya kognitif, sementara afektif, segala macam itu dulu katanya mau dikembangkan nggak jalan juga. Karena apa, untuk apa murid dilatih sikap, keterampilan ini itu padahal ujiannya menyilang – nyilang, membulati ini itu. Jadi ujian nasional salah satu penyebabnya. Ujian nasional yang harus dirubah, jangan kurikulumnya,” katanya.




Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+